top of page

'Is Ignorance Really Bliss?'

 

 

Apa yg sekilas terlihat dalam karya ini merupakan cara seniman menggambarkan ingatannya di tahun 1998. 

Kala itu, sebagai seorang WNI keturunan Tionghoa, orang tua seniman menyembunyikan fakta terjadinya tragedi 98 di Indonesia. Dikarenakan seniman yang saat itu masi berumur 6 tahun.

 

Karena berlindung di negara lain, televisi menjadi salah satu cara keluarganya melihat kabar di Indonesia. Menjelaskan bahwa adegan kerusuhan & kebakaran yang disiarkan di televisi sebagai film action dan tidak terjadi di dunia nyata, apalagi di negara Indonesia.

 

Tak hanya menjadikan fakta sebagai fiksi, film kartun juga mejadi cara orang tuanya dalam mengalihkan perhatian seniman. Ketidaktahuan ini berlanjut hingga seniman beranjak dewasa. Tepatnya saat menginjak Sekolah Menengah Atas, seniman mengalami kesulitan memproses cerita tragedi 98 tersebut.

 

Ingatan seniman mengenai salah satu karakter tokoh kartun yang keluar di tahun tersebut kontras dengan cerita yang ia kumpulkan mengenai tragedi 98.

 

Pada karya ini, 2 visual ini dihadirkan tidak jelas seperti gambaran TV rusak. Gambar ini dapat dilihat dari 2 sisi (kiri-kanan) pada jarak yang cukup jauh. Pada gambar pertama merupakan cara seniman  membentuk memorinya berdasarkan cerita yang ia dapatkan secara daring. Sedangkan gambar ke-2 merupakan memori yang ia dapatkan dari pengalamannya. 

bottom of page