'Thorn in The Flesh'
Dalam karya karya Meliantha Muliawan, keretakan dan kepingan objek
piring makan China adalah simbol kehancuran ‘nilai’ filosofi tradisi dan upayanyauntuk menentang mitologi. Memanifestasikan diri untuk terus mempertanyakan :
materialitas yang menjadi immaterial, soliditas objek yangdinegasi lewat replikasi, reproduksi budaya dan komodifikasi, berikut nilai/mitos yang dibekukan oleh objek konsumtif.
Ia juga menyinggung lanskap intim gender: menjahit sebagai cara merangkai ingatan dan pertanyaan atas nilai etnis keluarga, yang
selanjutnya, menjadi jangkar pertanyaan eksistensialisme diri. Tentang keberadaan, kepemilikan, silsilah, dan dinamika identitas etnis yang mesti dijaga, dirawat, dimunculkan ataupun sebaliknya. Begitu berada
di dalam cakrawala peristiwa dari setiap karya yang dihadirkan, kita
ditarik untuk mengamati objek secara kritis, intens dengan daya ganggu yang kuat.
Kepingan pecah dan keretakan dalam karyanya : tepat di luar jangkauan akal, tetapi tidak di luar jangkauan mitos. Karya - karya Meliantha
Muliawan mewajibkan penontonnya untuk menjadi peka terhadap proses kognisi dan imajinasi yang berkelanjutan, naluri dan mimpi, sensasi dan inferensi, yang dengannya realitas dibaca secara kritis.
Dalam praktik kekaryaan Meliantha Muliawan ini, yang mitis dan filosofis tidak bertentangan, tetapi menjadi cara alternatif untuk mendekati
realitas budaya etnis yang kompleks.
Tulisan oleh Hendra Himawan
In Meliantha Muliawan's works, the cracks and pieces of Chinese dinner
plate is a symbol for the destruction of the philosophical 'values' of tradition and it is also his attempt to challenge the mythology. It manifests itself to constantly question the material that becomes immaterial, object solidity negated through replication, cultural reproduction and commodification, along with values and myths that are frozen by consumptive objects.
She also poked the intimate landscape of gender: sewing as a way of stringing memories and questions on family ethnic values, which in turn, serves as the anchor for questions of self- existentialism. Be it about the existence, ownership, genealogy, and dynamics of ethnic identity that must be maintained, cared for, raised or otherwise. Once within the event horizon of each presented work , we are drawn to observe the
object critically, intensely with a strong disturbing energy.
Shards and cracks in her work are just beyond the reach of reason, but not beyond the reach of myth. Meliantha Muliawan's works require the viewer to be sensitive to the ongoing processes of cognition and imagination, instincts and dreams, sensations and inferences, one which reality is critically read.
In the practice of Meliantha Muliawan's work, the mythical and the philosophical are not contradictory, but has become an alternative way to approach the reality of a complex ethnic culture.
Text by Hendra Himawan
Resin, string, dacron in acrylic box 60 x 60 x 3 cm ( h x w x d )
Total 6 boxes Plastic, dacron, string, ink in acrylic box 100 x 10 x 3 cm / each ( h x w x d )
Total 14 boxes Resin & dacron in acrylic box 10 x 10 x 3 cm /each ( h x w x d )
Resin, string & dacron in acrylic box 60 x 60 x 3 cm ( h x w x d )
Resin, string & dacron in acrylic box 60 x 60 x 3 cm ( h x w x d )