top of page

'Playing with Trees'

 

 

Meliantha Muliawan melihat eksperimentasi material sebagai bagian penting dari kerja seniman. Eksperimentasi ini tidak saja dilakukan dalam kerangka mencari imajinasi bentuk yang baru, tetapi juga merefleksikan bagaimana seniman berdialektika dengan isu-isu lingkungan yang telah menjadi fokus besar dalam wacana kehidupan dewasa ini. Selain melihat problem lingkungan dan ekologi sebagai narasi, seniman juga melakukan kritik terhadap praktik-praktik penciptaan karya itu sendiri yang acap kali justru menambah problem lingkungan dengan peningkatan limbah pembuatan karya, material-material industri yang dibuat dengan mengorbankan ekosistem kehidupan, atau metode kerja sekali pakai yang tidak memperhitungkan dampak jangka panjangnya.

Dengan memilih misel sebagai material dalam berkarya, menunjukkan bagaimana kerja seni berada dalam spektrum yang luas, termasuk mendukung inovasi dan terobosan dari laboratorium sains yang menghasilkan material baru; sebuah proses merawat dan menumbuhkan. Bagaimana aspek femininitas kerja seniman perempuan tidak saja muncul dalam gagasan dan tema karya, melainkan juga pilihan metode kerja di mana merawat (nurturing), seperti yang acap dikonstruksi sebagai insting perempuan, tetapi juga kesadaran untuk bersama-sama tumbuh dengan sesuatu yang menyerupai janin. Kerja merawat, dengan memilih medium baru, menjadi sebuah peluang yang memberdayakan, tidak saja untuk memperluas jejaring lintas disiplin dan trans-materialitas, tetapi juga untuk membuka kemungkinan baru kerja artistik itu sendiri.

Berani untuk keluar dari kecenderungan sebelumnya dan menikmati sepenuhnya eksperimentasi dengan materialitas baru. Membebaskan dirinya untuk mencari bentuk-bentuk baru dengan khazanah material yang sama sekali berbeda dari kebiasaan mereka, seperti menemukan kebebasan untuk mencari dan mengekspresikan keingintahuan, dan petualangan pada ranah yang tak ternamai. Sepintas seperti mencari jeda pada metode kerja dan materialitas sebelumnya, tetapi, saya kemudian melihat bahwa ketimbang jeda, periode kreatif seperti ini sesungguhnya merupakan sebuah ruang transisi, di mana ada gagasan baru ditelusuri dan citra bentuk ditransformasi.

Dalam kerja eksperimentasi ini, upaya untuk menjembatani perasaan “menjadi seniman yang bertanggung jawab” atas problem-problem lingkungan dengan mencari material yang lebih ramah lingkungan, atau memanfaatkan limbah-limbah studio, menjadi sebuah metode eksistensial kesenimanan. Dengan mengelola khazanah material yang baru, dengan pesan yang lebih subtil dan tersembunyi, keduanya menggali bentuk-bentuk baru dan menemukan ruang bermain untuk dengan makna dari bentuk tersebut. Melalui material seperti misel, ada narasi yang seperti baru dituliskan, menunggu untuk berlanjut di masa depan.

Tulisan oleh Alia Swastika

bottom of page