top of page

'16 Mere Things'​

 

Penggunaan ‘benda jadi’ dalam suatu karya seni dimulai pada tahun 1913 (Marcel Duchamp, Bicycle Wheel) hingga perkembangannya pada saat ini, menjadi pertimbangan seniman dalam menilai kembali kehadiran dan potensi benda di sekitarnya. Mulai dari pemilihan benda, memodifikasi, peletakan, hingga hasil akhirnya telah merubah fungsi dan penggunaan dari benda itu sendiri menjadi sebuah karya seni. Selanjutnya, nilai estetik, makna, konteks dan narasi menjadi indetitas baru yang melekat pada benda tersebut.

Bagi seniman, penggunaan benda jadi tersebut membuat karya seni menjadi cenderung terlalu konseptual, praktis,
dan kemudian melenyapkan beberapa aspek yang hanya dapat dinikmati pada material seni yang terolah: seperti sapuan kuas, sentuhan jari pada permukaan patung, warna yang tidak merata, serta logika pengolahan material mentah pada medium seni.

Dalam karya ini, seniman mencoba menampilkan kemungkinan visual yang ada dalam 1 objek benda (kain dengan ukuran yang sama) untuk menjadi 16 variasi benda lainnya yang sering ditemukan dalam keseharian seniman. Benda - benda ini memiliki sebutan dan fungsi yang berbeda dalam penggunaanya.Pemilihan dan pembuatan ulang 16 benda domestik ini sengaja dilakukan seniman untuk membalikan proses pembuatan karya seni berbasis ‘found object’. Benda – benda tersebut mudah untuk ditemukan dalam kehidupan sehari – hari dan memiliki kecenderungan untuk dapat digunakan langsung sebagai suatu karya seni found object. Tidak ada urgensi dalam pembuatan ulang benda tersebut.

 

Dibuat dari kain kanvas dan resin, lalu dilukis ulang serta digantung pada dinding secara terpisah selayaknya lukisan, apakah menjadikan benda tersebut sebagai karya seni? Sebaliknya pada karya seni found object, apakah dengan meletakan ‘benda jadi‘ yang ditemukan seniman di ruang pameran (dan dapat publik temukan juga dalam kesehariannya) menjadikan karya tersebut sebagai suatu karya seni?

Karya ini menjadi cara seniman untuk mempertanyakan kepada publik mengenai batasan pada karya seni.

 

The use of 'manufactured objects' in a work of art is started in 1913 (by Marcel Duchamp in his work, Bicycle Wheel) until today, where artists consider to appraise the presence and potential of daily objects in their surroundings. This process includes selecting, modifying, positioning and at last, changing the function of an object into a work of art. Thus, in its final result, new identities such as aesthetic values, meanings, contexts and narratives are attached to the ‘new’ object.

 

For artists, the use of manufactured objects in creating artworks tend to turn them into too conceptual and practical artworks, and in some way could eliminate several aspects that can only be enjoyed in processed art materials such as brush strokes, finger touches on the surface of a sculpture, uneven colors, and the logic of processing raw materials in art mediums.

 

In this work, the artist tries to display visual possibilities that exist in one object (which is same-size cloth) and turn it into 16 variations of objects often found in the artist’s daily life. These objects have different terms and functions in their use. The selection and remaking of 16 domestic objects is deliberately carried out by the artist to reverse the process of creating 'found object' based artworks. These objects are easy to find in everyday life and tend to be used directly as a found object artwork. There is no urgency in remaking the object.

 

Made from canvas and resin, these objects are then repainted and hung on a wall separately like a painting. Does it make them as a work of art? On the other hand, in found object artwork, by placing the ‘manufactured objects’ found by artists (which also can be found publicly in people’s daily life) in the exhibition room, does it also make them as a work of art?

 

This work is the artist's way of questioning the public about the boundaries of art.

bottom of page